Asal-Usul Penyebutan Suku Quraisy, Suku Asal Muhammad SAW

Asal-Usul Penyebutan Suku Quraisy, Suku Asal Muhammad SAW-Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah Islam merupakan salah satu Rasul dan Nabi yang berasal dari Suku Quraisy,nama sebuah suku di Jazirah Arabia yang dipercaya sebagai pemegang kunci Bai’tullah Ka’bah di Mekkah. Jauh sebelum dikenal dengan sebutan suku Quraisy, leluhur mereka dikenal dengan Kaum Adnan atau Suku Adnan yakni suku yang merujuk pada keturunan Adnan bin Hanaisa yang diyakini para sejarawan ahli nasab bersambung hingga ke Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim.

Uniknya, dalam catatan silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW, tidak ada satupun yang bernama “Quraisy”. Para ahli sejarawan leluhur atau nasab Nabi Muhammad SAW membagi silsilah keturunan Muhammad SAW menjadi tiga jalur yakni nasab Muhammad sampai Adnan, dari Adnan sampai Ibrahim, dan dari Ibrahim sampai Adam. Ketiga jalur silsilah leluhur Nabi Muhammad SAW tersebut tidak ada satupun nama “Quraisy”. Lantas, dari mana penyebutan nama Quraisy sebagai asal suku Muhammad SAW? Para sejarawan mengemukakan beberapa teori terkait penamaan “Quraisy,” antara lain:

Kisah Nadhar bin Kinanah Membunuh Ikan Hiu

KH Moenawar Chalil dalam bukunya Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW (2001) menjelaskan bahwa penyebutan nama “Quraisy” sebagai nama suku leluhur Rasullullah SAW terkait dengan kisah salah satu leluhur Muhammad SAW bernama an-Nadhar bin Kinanah, yang memiliki nama asli Qais bin Kinanah. An-Nadhar sendiri mendapatkan sebutan gelar Quraisy al-Akbar yang merupakan Kakek Muhammad SAW ke-12.

Teori pertama menyebutkan bahwa penamaan “Quraisy” berasal dari kata “Qarisy” yang memiliki arti ikan “Hiu”. Dikisahkan, Kakek Nabi Muhammad SAW bernama an-Nadhar bin Kinanah dalam suatu pelayaran bersama rombongannya tiba-tiba dihadapkan pada seekor ikan Hiu yang muncul dipermukaan laut menghadang kapal yang ditumpangi an-Nadhar.

Baca Juga:  Sejarah Resolusi Jihad NU

Kemunculan ikan Hiu yang tiba-tiba ini sontak membuat penghuni kapal panik dan pelayaran sempat terganggu. Menyadari bahaya yang mengancam rombongan kapal, an-Nadhar tampil di depan untuk menghadapi ikan Hiu yang mengganggu pelayaran. Ikan Hiu tersebut berhasil dilumpuhkan oleh an-Nadhar melalui tombak sehingga rombongan kapal pun bisa bernafas lega karena tidak lagi mendapatkan gangguan dari ikan Hiu. Bahkan, kepala Hiu konon dibawa pulanG ke Mekkah oleh an-Nadhar dan rombongan. Sejak kisah itu, nama an-Nadhar bergema di kalangan Kabilah Arab di sekitar Mekkah sehingga dijuluki “Quraisy’ karena berhasil melumpuhkan ikan Hiu besar yang mengganggu pelayaran mereka.

Kisah Fihr bin Malik (Cicit an-Nadhar bin Kinanah)

Teori kedua menyebutkan bahwa penamaan “Quraisy” sebagai nama suku terkait dengan kisah kakek ke-10 Nabi Muhammad SAW yang bernama Fihr bin Malik. Dia merupakan leluhur Nabi Muhammad yang juga mendapatkan julukan “Quraisy” selain an-Nadhar yang dijelaskan sebelumnya.

Nama Fihr bin Malik yang terkait dengan julukan “Quraisy” diterangkan dalam kitab Tarikh Ibn Khaldun yang memberikan penjelasan bahwa pada awalnya nama An-Nadhr adalah orang yang digelari Quraisy, akan tetapi ada juga yang menyebutkan Fihr sebagai Quraisy. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa keturunan an-Nadhr yang lelaki hanya Fihr, dan tidak ada keturunan an-Nadhr lelaki selain Fihr. (Tarikh Ibnu Khaldun, 2/377).

Dikisahkan, Fihr bin Malik memimpin penduduk Mekkah untuk mempertahankan kota Mekkah dari serangan Suku Himyar yang berupaya untuk memindahkan Ka’bah ke Yaman. Melalui pertempuran yang sengit, Fihr bin Malik berhasil mempertahankan kota Mekkah dari serangan tantara Suku Himyar yang berasal dari wilayah Arab Selatan.

Sejak saat itu, nama Fihr bin Malik dikenal luas di seluruH wilayah Jazirah Arab hingga mendapat julukan Quraisy al-Ausath (junior), untuk membedakan dengan an-Nadhar yang dijuluki Quraisy al-Akbar (Senior).

Baca Juga:  Asal-Usul Hadramaut Yaman, Bangsa Arab Asli

Kabilah Penguasa Sektor Ekonomi (Perdagangan)
Teori ketiga, penamaan “Quraisy” terkait dengan pemaknaan “Pedagang” yakni istilah “Quraisy” berasal dari kata at-Taqarisy yang artinya perdagangan. Oleh karena itu, kata “Quraisy” disinggung dalam salah satu surat dalam al-Qur’an yaitu Surah al-Quraisy, surah ke-106 dalam al-Qur’an.

Dalam Tafsir Kementerian Agama RI, pada surah al-Quraisy ayat 1 Allah SWT menerangkan profesi suku Quraisy sebagai pedagang dan mereka adalah suku yang punya peran sentral di bidang ekonomi dan politik. Pada ayat ke-2, dijelaskan bahwa orang Quraisy memiliki kebiasaan bepergian pada musim dingin ke Yaman dan musim panas ke Syam untuk berdagang guna memenuhi kebutuhan hidup mereka di Mekkah untuk merawat Ka’bah dan melayani para jemaah haji.

Oleh karena itu, penyebutkan “Quraisy” juga terkait dengan suatu Kabilah di Jazirah Arab yang memegang dan mengendalikan sektor perdagangan atau ekonomi di wilayah Jazirah Arab. Kabilah ini tidak lain adalah kabilah leluhur Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, penyebutkan nama “Quraisy” sebagai pedagang ini tidak terlepas dari nama Fihr bin Malik, leluhur Nabi Muhammad SAW yang dikenal hingga di luar wilayah Jazirah Arab sebagai tokoh yang menguasai sektor perdagangan atau ekonomi. Perdagangan yang dilakukan Fihr bin Malik meningkat pesat ketika datang musim haji dan dia sosok pedagang yang terkenal senang membantu para jamaah haji yang kehabisan bekal. Fihr bin Malik tidak ragu untuk menjamu para jamaah haji sehingga kisah sukses perdagangan dan kedermawanan menjadikan namanya terkenal di seluruh Jazirah Arab hingga di luar Arab.***

.

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!